Teknologi dan internet terus berkembang di kalangan masyarakat. Saat ini internet bukan lagi sebagai kebutuhan tersier akan tetapi sudah menjadi kebutuhan pokok setiap manusia. Internet saat ini beralih fungsi tidak hanya sebagai saluran komunikasi, akan tetapi sebagai sarana menunjukkan eksistensi pribadi. Keadaan ini bisa di lihat melalui fitur berbagai aplikasi di media sosial. Pada awalnya media sosial merupakan sarana alternatif komunikasi lintas wilayah dan Negara. Sekarang perkembangannya terdapat beragam fitur seperti update status. Sehingga beberapa orang terangsang menunjukkan eksistensi tersebut melalui sebuah update status.

Keadaan tersebut membuat masyarakat menjadi komsumtif terhadap sesuatu yang terkadang tidak perlu di tampilkan pada media sosial. Bagi beberapa orang bahkan mempublikasikan status atau konten yang sesunggunya bersifat privasi. Kondisi tersebut mengarah pada istilah hiperealitas. Secara umum di artikan sebagai penunjukan eksistensi di dunia maya yang berlawanan dengan keadaan sesungguhnya di dunia nyata. Bisa jadi yang di tampilkan pada dunia maya adalah kepalsuan.
Hiperealitas ternyata merambah pada kalangan tokoh politik atau pejabat publik. Mereka berupaya membangun citra diri dengan memanfaatkan saluran media sosial. Eksistensi yang telah di lakukan setiap harinya di publikasikan secara intensif. Hal tersebut sesungguhnya tidak menjadi sebuah persoalan selama yang di tampilkan memang benar terjadi. Namun yang menjadi persoalan ketika eksistensi yang di tunjukkan melalui media sosial merupakan kepalsuan. Sehingga masyarakat secara umum di rugikan. Secara umum di sebut dengan pembohongan publik.
Dalam pemilihan umum (pemilu) potensi hiperealitas melalui internet berpotensi terjadi. Kandidat yang melakukan konstetasi politik berlomba-lomba menarik simpati masyarakat melalui sebuah publikasi virtual di media sosial dan media massa. Hal ini di lakukan sebagai langkah untuk memunculkan persepsi positif di benak publik. Sehingga akan berpengaruh pada perolehan suara dan mengalahkan kompetitor.
Keadaan tersebut sudah berlangsung di setiap perhelatan pemilihan kepala daerah hingga pemilihan umum presiden/wakil presiden. Suka maupun tidak suka, tindakan hiperealitas mampu mempengaruhi tingkat popularitas serta elektoral kandidat. Ancaman hiperealitas juga dapat menjadi sebuah ancaman dalam konstestasi politik. Misalkan lawan politik akan menyerang dengan isu – isu yang mampu menurunkan tingkat elektabilitas kandidat.
Terutama pada media sosial yang mana cenderung bersifat liar dan tidak tersortir validitasnya. Menurut Baudrillard, seorang filsuf dari perancis menatakan bahwa kita hidup dalam dunia yang semakin kaya informasi dan semakin miskin makna. Farco/Jalan Demokrasi.